Jumat, 18 Februari 2011
How about time capsule?
Dear Future,
I had actually thought about sending a message into the future in the way of a time capsule.
I would enclose a lot of pictures of the local area, several newspapers, maybe even digital movies (the only prob with that would be what would they watch them on? Surely everything we have now would be obsolete.)
I would also enclose in this my writings and rants about life in 2010 and thereabouts, the inane and boring stuff that we encounter daily.
My method for delivery of this capsule would be to seal it in a piece of 8" pvc pipe, and cap both ends... The entire thing being about 11" high. I would take that, and encase that in clear resin with a placard that reads "FROM 2010".
My plan then was to bury the thing under the house I currently live in. I figure it's got another 50 years of life left in it before it would be torn down. It's hard to speculate what might happen after that, it could be bulldozed & made into a parking lot or another foundation for a home could be built over THAT. It could potentially be a thousand years or better before it's ever disturbed, let alone found and realized for what it is.
It's just the overall coolness of it that attracted me to the idea. Could you imagine going out to plant some zinnias or something and unearthing a vessel that contained personal information from some dude that lived a thousand years ago? Sure, you can read about what life was like then - but first hand experiences from the eyes of the observer are pretty rare.
_________________________________
Thanks, Tryptich! You've inspired us a lot :)
Realize it... Run...
Entah kenapa semangat pemuda yang ada dulu kini telah hilang. Tergantikan dengan sikap hedonisme dan konsumtif remaja yang semakin menjadi-jadi. Entah kenapa kearifan yang dimiliki jiwa muda dua puluh hingga tiga puluh tahun lalu telah pudar, tergantikan dengan sifat individualis remaja saat ini. Ibu Pertiwi berhak menangis karena ia menyadari akan hal itu. Ada degradasi moral di dunia remaja negeri ini yang tak kita sadari. Tak hanya sikap dan sifat remaja yang semakin tenggelam akan balutan dan glamornya kehidupan kota serta dunia Barat, namun juga tingginya angka remaja yang menggunakan narkoba, terjeremus pada seks bebas, kecanduan alkohol, hingga lupa dengan dua hal yang menjadi akar dari segala yang mereka miliki: budaya dan agama.
Teman-teman, kita sebagai generasi muda harus menyadarinya... Kita nggak bisa hanya diam di tempat dan men-judge sana dan sini tanpa melakukan pengorbanan. Indonesia needs us. Indonesia membutuhkan kita untuk kembali memulihkan citra para harapan bangsa yang ada saat ini. Ya, kami--saya dan Kak Tari-bertekad akan memperjuangkan apapun untuk advancement kaum remaja Indonesia mulai saat ini, hingga kami tiada dengan membawa nama Indonesia sebagai bagian dari diri kami. Save them, save Indonesia.
People, ini semua untuk direnungkan.
--Rahma
Kamis, 17 Februari 2011
Money! Money!
Melihat dekatnya kita dengan free trade era, para pemuda-pemudi Indonesia jelas harus mempersiapkan dirinya sebaik mungkin. Kita tentu tidak ingin 'terjajah' lagi oleh bangsa lain. Untuk itu jelas kita harus meningkatkan kualitas diri dan mepersiapkan intelektualitas serta mental yang kuat untuk menghadapinya. Era perdagangan bebas ini akan mempengaruhi banyak hal, terutama di bidang ekonomi.
Salah satu bidang ekonomi yang sedang marak dikembangkan adalah bidang entrepreneurship.
Apa sih entrepreneurship itu?
Konsep entrepreneurship (kewirausahaan) memiliki arti yang luas. Salah satunya, entrepreneur adalah seseorang yang memiliki kecakapan tinggi dalam melakukan perubahan, memiliki karakteristik yang hanya ditemukan sangat sedikit dalam sebuah populasi. Definisi lainnya adalah seseorang yang ingin bekerja untuk dirinya.
Kata entrepreneur berasal dari kata Prancis, entreprendre, yang berarti berusaha. Dalam konteks bisnis, maksudnya adalah memulai sebuah bisnis. Kamus Merriam-Webster menggambarkan definisi entrepreneur sebagai seseorang yang mengorganisir, memenej, dan menanggung risiko sebuah bisnis atau usaha.
Definisi entrepreneurship dari Ekonom Austria Joseph Schumpeter menekankan pada inovasi, seperti:
- produk baru
- metode produksi baru
- pasar baru
- bentuk baru dari organisasi
Kemakmuran tercipta ketika inovasi-inovasi tersebut menghasilkan permintaan baru. Dari sudut pandang ini, dapat didefinisikan fungsi entrepreneur untuk mengkombinasikan berbagai faktor input dengan cara inovatif untuk menghasilkan nilai bagi konsumen dengan harapan nilai tersebut melebihi biaya dari faktor-faktor input, sehingga menghasilkan pemasukan lebih tinggi dan berakibat terciptanya kemakmuran/kekayaan.
Wow, siapa yang nggak mau sih jadi orang berduit? Memang nggak munafik kok kalau kita bilang bekerja untuk mencari uang. Tapi tentu saja tujuan utama adalah mencari ridho Yang Maha Kuasa. Uang itu untuk hidup, tapi hidup bukan untuk mencari uang.
Di samping menjadi dokter, profesi entrepreneur terlihat menggiurkan pula. Menjadi seorang entrepreneur juga merupakan salah satu impian saya. Selain untuk memenuhi kebutuhan konsumen, tentu dalam sebuah usaha yang dicari adalah laba. Singkatnya, punya banyak uang. Ah, tidak ada salahnya kan bermimpi jadi orang kaya? Dunia yang semrawut ini mungkin pada dasarnya telah menuhankan uang secara tidak langsung. Tak ada uang yang ada adalah derita, tentunya itu adalah pemikiran yang salah. Uang bukanlah segalanya, dunia ini hanya sementara. Yang terpenting adalah mengikuti perintahNya dan menjauhi laranganNya. Jadi kesimpulannya, kalau sudah kaya nanti, jangan pernah lupa bersodaqoh, infaq, dan zakat ya!